Sabtu, 14 Maret 2009

Sekilas Tentang Ki Ageng Ganjur

A. Latar Belakang Berdirinya
Kelompok musik religi Ki Ageng Ganjur adalah perkum-pulan komunitas anak-anak muda NU yang memiliki ketrampilan dalam bidang seni musik. Kelompok ini diasuh oleh K.H. Abdur-rahman Wahid (Gus Dur) dan dipimpin oleh Ngatawi Al-Zastrouw. Melalui musik, kelompok ini mencoba menyebarkan nilai-nilai agama yang pluralis, menyeru perdamain, melawan fundamentalisme dan berbagai bentuk kekerasan atas nama agama, sekaligus menggali dan mengembangkan tradisi lokal.
Para musisi yang bergabung dalam komunitas Ki Ageng Ganjur mayoritas lulusan pesantren dan lulusan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (sekarang UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Beberapa dintaranya adalah lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, jurusan Seni Musik. Sebagai bagian dari komunitas pesantren, mereka memiliki cara pandang dan pemahaman keagamaan dan budaya lokal yang sangat kuat. Artinya sikap keberagamaan yang toleran terhadap keberadaan tradisi dan budaya lokal yang berkembang di masyarakat, dan menjadikannya sebagai instrument untuk mengaktualisasikan spirit dan nilai-nilai keagamaan. Atas dasar ini mereka menolak segala bentuk kekerasan, fanatisme, radikalisme, formalisme dan simbolisme agama. Sebaliknya, komunitas ini mengajarkan sikap keberagamaan yang toleran, santun dan humanis.
Sebagai upaya untuk mengaktualisasikan spirit dan pemahamaan keagamaan yang kultural tersebut, dengan kreatifitasnya yang tinggi, para anggota komunitas Ganjur mengeksplorasi berbagai jenis musik yang dapat membangkitkan spirit religiusitas manusia, baik yang berbasis etnik-tradisi (India, Timur Tengah, Jawa, Sunda, Batak dan sebagainya), modern (Jazz, rock, dangdut, pop, klasik) sampai yang spiritual (kasidah, shanti mantra, Gregorian dan sebagainya). Semua ini dimasudkan sebagai upaya membangun jem-batan dialog yang lebih humanis, karena yang disentuh adalah dimensi rasa, hati dan jiwa manu-sia. Dengan cara ini diharapkan ada pola dan cara baru dalam melaku-kan dialog agama yaitu dialog kultural melalui musik.
Disamping membuat komposisi musik, Komunitas Ganjur juga mengeksplorasi syair-syair sufi, mutiara hikmah dari kitab-kitab sastra religi untuk dijadikan syair dalam karya lagu-lagunya. Dengan demikian sentuhan religiusitas tidak hanya tercermin dari komposisi musik tetapi juga dari syair-syair lagu yang dinyanyikan. Misalnya, menampilkan syair shalawat badar dengan komposisi musik Gregorian, syair burdah dengan aransemen Shanti Mantra.
Komunitas ini berdiri pada tahun 1996, atas prakarsa dan dorongan dari KH. Abdurrahman Wahid, dan bermula dari dialog dan diskusi diantara teman-teman aktifis mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang merasa prihatin atas perkembangan budaya dan aktifitas keagamaan yang semakin tidak menentu. Indonesia yang dikenal memiliki kebudayaan adiluhung (high culture), telah ditenggelamkan oleh membanjirnya budaya Barat dengan berbagai ragam dan macamnya. Pada sisi lain, agama hanya dijadikan kepentingan formalitas belaka, tanpa adanya pemaknaan yang luas, sehingga tak dapat menyentuh kesadaran kehidupan dalam segala lapisan masyarakat. Hal ini berdampak munculnya kekerasan, pertentangan dan perpecahan antar budaya, agama, suku dan ras yang tak mudah dikendalikan. Bahkan telah menelan korban jiwa manusia Indonesia khususnya yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, melalui seni, budaya dan agama komunitas Ganjur mengajak dan mengharapkan agar agama-agama dan berbagai kepercayaan yang ada saat ini, harus mampu menyumbangkan visi spiritual, paradigma etik dan moral, serta kekuatan profetik yang dapat mendukung peradaban manusia agar dapat bertahan dan berkembang ke arah yang lebih baik.
Adapun penamaan komunitas ini menjadi “Ki Ageng Ganjur”. Diilhami dari nama seorang tokoh ulama besar (wali) yang hidup pada zaman kerajaan Demak sekaligus muridnya Sunan Kalijaga yang bernama Syeikh Abdurrahman yang terkenal dengan sebutan Ki Ageng Ganjur, karena ulama ini selalu membawa Gong Ganjur (jenis gamelan Jawa) untuk memanggil dan mengumpulkan masyarakat, ketika kanjeng Sunan Kalijaga akan memberikan wejangan dan ceramah.
Dari situ, dimulailah suatu proses kreatif, yakni memadukan beberapa unsur musik pentatonis dan diatonis serta menggunakan alat-alat musik tradisional dan modern, dengan mengambil nuansa etnik dan religius, hingga menghasilkan paduan nada yang ritmis, riuh dan dinamis. Komunitas ini beranggotakan 25 orang, terdiri dari 18 orang pemain musik (musisi), 3 orang penyanyi (vocalis), dan 4 orang pengelola (crew).

B. Visi Dan Misi Ki Ageng Ganjur
Visi dari komunitas Ki Ageng Ganjur adalah membangun kehidu-pan ummat beragama yang santun, beradab dan humanis. Menentang segala bentuk otoritarianisme, sim-bolisme dan formalisme agama yang mengabaikan nilai-nilai humanisme.
Misi dari komunitas Ki Ageng Ganjur adalah menjadikan musik sebagai sarana dan instrument mem-bangun dialog agama yang santun, jujur, terbuka dan humanis.

C. Tujuan Ki Ageng Ganjur
1.Menumbuhkan sikap keberagamaan yang santun, beradab dan humanis melalui media seni dan budaya.
2.Melawan sikap keberagamaan yang cenderung formalis, radikal, dan tidak humanis melalui seni dan budaya.
3.Mengembangkan seni dan budaya yang lebih estetik namun tetap memiliki nilai dan moral religius keislaman.
4.Mencari bentuk kesenian alternatif yang bisa dijadikan sebagai alat untuk mensosialisasikan nilai-nilai dan ajaran Islam dengan cara yang lebih beradab, humanis dan menghibur.
5.Menggali dan melestarikan budaya lokal dan sekaligus menjadikannya sebagai sumber inspiratif bagi pengembangan seni Islami

D. Aktivitas Ki Ageng Ganjur
Aktivitas dari komunitas Ki Ageng Ganjur ini adalah membuat berbagai kompisisi musik yang bisa membangkitkan semangat religiusitas dan bisa menjadi media dialog spiritual bagi siapa saja yang mendengarkan. Komposisi musik ini bersumber dari berbagai jenis musik yang dieksplorasi oleh para musisi dan arranger komunitas Ganjur.
Hasil dari komposisi ini kemudian ditampilkan dalam berbagai konser di pesantren, tempat ibadah (gereja, pura, masjid), di berbagai gedung kesenian di beberapa daerah di Indonesia dan di media massa (TV). Pada saat konser, Komunitas Ganjur tidak saja menampilkan hasil komposisi musik religius, tetapi juga melakukan pencerahan kepada masyarakat melalui orasi mengenai pemahaman agama yang toleran, humanis, santun, beradab dan menusiawi. Untuk menarik massa, biasanya didatangkan beberapa artis terkenal dari ibu kota untuk membawakan lagu-lagu yang telah diaransment oleh Ganjur.
Sepanjang perjalanannya Ki Ageng Ganjur telah berhasil meluncurkan album perdananya bertajuk “Tadarus Budaya” (1997) yang berisi lagu dan komposisi musik arransement Ganjur disertai orasi dari K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sedangkan album kedua bertajuk “Ziarah Rasul” (1999). Ki Ageng Ganjur sebagai kelompok musik yang senantiasa mengutamakan adanya pluralisme keberagamaan, menampilkan Islam yang sejuk dan damai tanpa kekerasan. Di samping itu, kegiatannya tak pernah lepas dari membangun kesadaran antar umat beragama untuk saling menghagai, tenggang rasa dan mengasishi antara satu dengan yang lainnya. Hal ini nampak dalam paket-paket acaranya, baik yang dilakukan melalui media televisi maupun konser di lapangan (live show out door)
Adapun paket-paket musik yang pernah diproduksi dan ditayangkan di stasiun televisi, baik pemerintah maupun swasta, diantaranya adalah:
1.Paket Acara Hiburan “Musik Dua Arah” di TVRI Stasiun Pusat Jakarta pada tahun 2000. Dalam pementasan ini Ganjur yang bercirikhaskan musik religius berdampingan dengan musik pop, rok atau ndangdut.
2.Paket Acara Dialog Aktual “Berbagi Rasa” di TVRI Stasiun Pusat Jakarta pada tahun 2001, yang menampilkan orang-orang yang terkena bencana atau musibah pada saat itu. Contoh kasus dampak meletusnya “Gunung Berapi di Yogyakarta”.
3.Paket Acara Musik “Konser Bangkitlah Bang-saku” di ANTV Jakarta pada tahun 2000, yang berisikan tentang kritikan sosial dari permasalahan bangsa saat itu.
4.Paket Acara Ramadhan “Syair Dzikir” di Stasiun TPI pada tahun 2001.
5.Paket Acara Ramadhan “Dendang Kisah Sufi” di Stasiun TPI pada tahun 2002.
6.Paket Acara Ramadhan “Pesantren Budaya” di Stasiun TVRI Jakarta pada tahun 2003 dan Stasiun TPI Jakarta pada tahun 2004, TVRI Nasional 2005, dan TVRI Yogyakarta 2006.
7.Paket Acara “Orkestra Wayang Simphoni” di TVRI tahun 2004 dan TPI tahun 2005, acara tersebut menyuguhkan pementasan wayang kulit dengan dalang “Ki Sakirun”, adapun musiknya tidak selazimnya musik wayang, namun kolaborasi antara musik Ganjur dengan Orkestra CRO Yogyakarta.
8.Beberapa paket acara khusus dalam memperingati hari besar Islam, seperti Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah dan lain-lain yang ditayangkan di RCTI, SCTV dan INDOSIAR.
9.Dan lain sebagainya.
Sedangkan paket-paket acara pada saat event live show yang telah dilaksanakan antara lain adalah :
1.“Konser Musik Bangkitlah Bangsaku” pada bulan Maret sampai Juni tahun 2000, yang dilaksanakan secara tour di empat Kota, antara lain: Bandung, Malang, Semarang, dan Yogkakarta .
2.“Konser Musik Kebangkitan Bangsa” pada bulan Juni 2001 di Halaman GOR Saburai Lampung.
3.“Istighotsah” pada tahun 1998 hingga 1999, bekerja sama dengan para Kiai di Pulau Jawa, yang dimotori oleh PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama)
4.Kolaborasi dengan kelompok musik “Kantata Takwa” pimpinan Setiawan Djodi, pada tahun 1998.
5.“Tabligh Dan Dzikir Budaya” pada tahun 2002 hingga 2005, bekerja sama dengan PT. Djarum untuk membantu Pesantren dan Syiar Islam di daerah-daerah tertentu, sepert: Propinsi Medan di lima Kota, Propinsi Banten di lima Kota, Proponsi Lampung di Lima Kota.
6.Berbagai macam pementasan yang diselenggarakan oleh perorangan, instansi pemerintahan dan swasta, partai politik, maupun organisasi kemasyarakatan dan agama di berbagai daerah.
7.“Konser Dua Bangsa”, yaitu pementasan kolaborasi antara Ganjur dengan musik Hip-hop dari Ambassador USA, kerjasama dengan Kedubes Amerika Serikat dengan Kedubes Indonesia, pada tahun 2006.
8.“Musik Lintas Agama”, tahun 1998, 1999, 2000 dan 2001, berkolaborasi dengan para musisi dan musik dari berbagai aliran kepercayaan dan agama di Bali.
9.“Pentas Ngabuburit Bersama Djarum”, tahun 2006, dimana konsep pementasan ini bekerjasama dengan 15 Pondok Pesantren di berbagai daerah Jawa Barat, Banten, dan Jakarta.
10.Menjadi Penata musik pengiring “Sendratari Religi: Reportoar Perjanan Para Wali”, di Lamongan, Jawa Timur, tahun 2006.
11.Konser senandung do’a Lintas Agama dalam rangaka peringatan satu tahun Gempa Yogya di Yogyakarta tahun 2007.
12.“Konser Religi Jelang Ramadhan” di pesantren di lima kota di Jawa Timur tahun 2007.
13.”Konser Silaturrahmi Ramadhan” di 10 kota di Jawa Barat dan Banten tahun 2007
14.Musik Pengiring dalam pagelaran ”Sendratari Religi; Reportoar Perjuangan Sunan Kalijaga di Demak, Jawa Tengah 2007
15.”Konser Syiar Maulid” di enam kota di Jabar, bekerjasama dengan pesantren tahun 2008.
16.Panata musik Konser Religi Lintas agama dlam acara ”Borobudur Spiritual Art” di candi Borobudur tahun 2008.
17.Dan beberapa penetasan lain.